Layanan Buy Now Pay Later (BNPL) kian digemari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan signifikan dalam jumlah pengguna dan nilai transaksinya. Tak hanya perusahaan fintech, bank-bank besar pun mulai melirik peluang bisnis ini.
BACA JUGA
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), outstanding piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan paylater per Maret 2025 mencapai Rp 6,13 triliun. Angka ini naik 23,90% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meskipun mengalami pertumbuhan pesat, OJK tak ingin lengah. Kepala Eksekutif Pengawasan Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM dan LJK Lainnya OJK, Agusman, mengingatkan agar perusahaan pembiayaan memperkuat mekanisme internal dispute resolution.
Hal ini untuk mengantisipasi potensi lonjakan kredit bermasalah seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna paylater.
“Seiring berkembangnya teknologi yang memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi belanja secara online, kinerja paylater di perusahaan pembiayaan akan terus meningka,” ujar Agusman.
Selain itu, OJK juga meminta penyalur paylater untuk lebih berhati-hati dalam penyaluran kredit dan seleksi calon debitur. Hal ini penting untuk meminimalisir risiko kredit macet.
Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatatkan pertumbuhan pesat pada layanan Paylater BCA yang diluncurkan pada September 2025. Dalam waktu enam bulan, jumlah pengguna Paylater BCA telah tumbuh 70% menjadi 89.000 nasabah.
Nilai outstanding pinjaman di Paylater BCA pun meningkat 61% menjadi Rp 185 miliar dari Rp 115 miliar pada Desember 2025.
Direktur BCA, Santoso, optimistis bahwa tren positif ini akan terus berlanjut. Pihaknya pun akan terus berinovasi untuk meningkatkan layanan Paylater BCA agar semakin memenuhi kebutuhan nasabah.
BACA JUGA
#Budaya #Ngutang #Paylater #Kian #Populer #Indonesia #OJK #Pinjaman #Tembus #Triliun